bila Allah tidak lagi ditakuti

Artikel Dari: Portal Komuniti :: Ukhwah.com

http://ukhwah.com:443/ukhwah/



Tarikh: Isnin, 07 Jun 2004 @ 0:51:16
Topik: Tazkirah



Bayangkan ada dua orang. Salah satunya tahu betul bahwa ia akan bertemu
dengan Allah dan menyadari bahwa setiap tindakannya ada pertanggungjawaban.
Satu lagi, sebaliknya, beranggapan ia tidak harus berhubungan dengan orang
lain. Tentu saja, terdapat perbedaan menyolok bagaimana kedua orang ini
mngkondisikan dirinya. Seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada
Allah hampir pasti menyukai perbuatan dosa dan mengabaikan tindakan tak
bermoral bila ia merasa senang melakukannya. Seseorang, yang tega membunuh
manusia, misalnya, tanpa alasan jelas atau bukan untuk kepentingan
kemanusiaan, melakukan hal itu karena ia tidak takut kepada Allah. Jika ia
memegang teguh keimanan kepada Allah dan hari akhir, ia tidak akan tega
melakukan apa pun yang tak bisa dipertanggungjawabkannya di hari akhir
kelak.

Dalam Al Qur'an, sejarah putra-putra Nabi Adam AS, diberikan sebagai contoh
untuk menggugah perhatian kita tentang perbedaan menyolok antara orang yang
takut dan tidak kepada Allah.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka
diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil) : 'Aku pasti membunuhmu !'.
Berkata Habil, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa.' 'Sungguh kalau kamu menggerakkan tangan kepadaku untuk
membunuhku. Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.'
(Al Maidah : 27 - 28).

Orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tega membunuh saudara
kandungnya sendiri tanpa perasaan, meskipun saudaranya tersebut tidak
bersalah, sementara si korban, meskipun diancam dengan kematian, ia
mengatakan bahwa ia tidak akan membunuh saudaranya tersebut. Inilah
konsekuensi rasa takut kepada Allah. Demikianlah, seseorang yang dahulunya
memiliki mrasa takut kepada Allah, kemudian melakukan pembunuhan,
penganiayaan, dan ketidakadilan, pendek kata hal-hal yang tidak diridloi
oleh Allah, akan hancur.

Ketamakan duniawi juga mengakibatkan kebengisan dan tindakan tak bermoral
pada manusia. Kebanyakan orang khawatir jatuh miskin, atau tidak memiliki
jaminan masa depan. Hal-hal tersebut menjelaskan mengapa suap, korupsi,
pencurian, persaksian palsu, dan pelacuran menjadi semacam jalan hidup bagi
beberapa orang. Bagi orang yang memiliki keimanan kepada Allah, ridho Allah
di atas segala-galanya. Dalam hatinya, ia hanya melabuhkan rasa takutnya
kepada Allah; bukan pada kematian, kelaparan, atau hal-hal lain yang
memalingkannya dari kebenaran.

Sehingga, bagaimanapun keadaannya, orang yang memiliki rasa takut kepada
Allah, tidak akan menyimpang dari Al Qur'an. Bahkan, ia berpegang teguh
padanya. Ia selalu bertindak hati-hati. Memiliki keyakinan bahwa Allah
melihat dan mendengar segala sesuatu, ia tidak berupaya melanggar
keyakinannya meskipun sedang sendirian.

Kedangkalan pemahaman terhadap agama menyebabkan hilangnya suara hati
nurani. Untuk menjelaskan hal ini, bayangkan seseorang yang tanpa ragu-ragu
melarikan diri setelah menabrak seseorang di jalanan dengan mobilnya. Ini
adalah petunjuk nyata betapa jauhnya dia dari nilai-nilai agama. Orang ini,
yang tanpa perasaan meninggalkan seorang diri manusia yang sedang sekarat
di tengah jalan, berpikir bahwa jika ia memiliki kesempatan, ia akan
mengindar dari orang-orang dengan melarikan diri. Tetapi ia tidak pernah
berpikir bahwa Allah ada di mana-mana, melihat dan mendengar apa yang
dilakukannya setiap detik. Tak ada orang yang dapat lolos pengawasan dan
perhitungan Allah dan hari perhitungan. Allah akan membalas semua
ketidakadilan, kejahatan, dan tindakan tidak berperikemanusiaan pada hari
perhitungan kelak:

... Barang siapa yang berkhianat (dalam urusan rampasan perang) itu, maka
pada hari kiamat ia akan datang dengan membawa apa yang dikhianatkannya itu
; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia
kerjakan dengan pembalasan setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. Apakah
orang yang mengikuti keridhoan Allah sama dengan orang yang kembali membawa
kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam ? Dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Ali Imran : 161 - 162)

Bila orang diperingatkan dengan ayat-ayat Allah, dann dituntun dalam
kebenaran ini, maka tindak kejahatan akan dapat dicegah.

Salah satu tindak kajahatan orang-orang yang jauh dari agama adalah
sekelompok orang yang memberikan layanan kedehatan seakan-akan mereka
adalah doikter padahal meraka tak memiliki sedikitpun ilmu tentang itu.
Meskipun sama sekali tidak tahu menahu tentang bidang pengobatan,
orang-orang ini menipu para pasien dan dengan tega memperlakukan mereka
tanpa tindakan serius. Dan tindakan seperti ini kerapkali berakhir dengan
kematian si pasien. Tanpa mempedulikan akibatnya, mereka hanya memikirkan
peolehan keuntungan dan uang. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah memberi
perintah kepada kaum mukmin untuk "menyampaikan amanat kerpada yang berhak
menerimanya" (An Nisa: 58). Kesehatan seseorang, adalah juga, sesuatu yang
sangat berharga. Oleh karenanya, berkaitan dengan ayat di atas, kita harus
menghindari sejauh mungkin melakukan pekerjaan yang bukan keahliannya, yang
apabila dilakukan akan membahayakan manusia lain.

Sepanjang perjalanan hidup, barangkali orang akan menemukan tindak
kejahatan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki rasa takut kepada
Allah. Keengganannya untuk melihat dan menyadari pembalasan dari Allah,
menyebabkan orang tersebut kerap memfitnah orang lain yang tak berdosa.
Sementara itu, ia hanya memikirkan bagaimana orang-orang tersebut mengikuti
kata-katanya. Orang seperti ini benar-benar melalaikan diri bahwa Allah
mengawasi segala sesuatu, tanpa kecuali, dan segala sesuatu ada balasnnya
di hari akhir kelak. Bagi yang memiliki pemahaman seperti ini ujian,
penderitaan, atau dijebloskannya ia ke dalam penjara tidak meruntuhkan
keyakinannya. Allah, dalam Al Qur'an, menyatakan hukuman bagi para
pemfitnah, yakni ssebagai berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong buruk bagi kamu
bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat
balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bagian yang terbesar dalam penyebaran berita bohong itu baginya
adzab yang besar. (An Nur: 11)

Seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tidak menghormati dan
menghargai orang lain. Hilangnya rasa takut ini menerangkan mengapa pemilik
restoran tidak menjalankan bisnisnya secara sihat, atau mengapa kebanyakan
orang tidak menghargai yang lebih tua. Demikian pula, ketiadaan rasa takut
kepada Allah mengakibatkan banyak pasien terlantar di ruang-ruang gawat
darurat tanpa perawatan memadai, orang malang dan teraniaya, dan jutaan
orang terbunuh hanya untuk perebutan lahan, dan sebagainya, dan sebagainya.

Dalam masyarakat yang memiliki ketaatan kepada Allah, tak seorang pun
melakukan tindak tak bermoral ini, menyadari bahwa kesalahan yang dilakukan
seseorang dalam hidupnya akan menjumpainya di hari akhir kelak. Dengan
orang-orang yang memiliki suara hati nurani, masyarakat ini bebas menikmati
kedamaian dan kebenaran. Usaha keras bersama dalam memerangi dosa,
pelacuran, dan berbagai tindakan amoral lainnya yang ditunjukkan dengan
rasa hormat, kebaikan, dan kedamaian menjamin keutuhan tali kekeluargaan,
yang diyakini merupakan hal mendasar bagi terbentuknya masyarakat yang
kuat. Masyarakat menikmati suatu asas kehidupan sesungguhnya karena mereka
bertanggung jawab atas satu dengan lainnya.