Array
Welcome To Portal Komuniti Muslimah -- Hanan.com.my.my

  Create An Account Home  ·  Topik  ·  Statistik  ·  Your Account  ·  Hantar Artikel  ·  Top 10 29-03-2024  

  Suka!
New Page 1

  Mutiara Kata
Tidak berbuat apa-apa ialah kubur kehidupan. Hidup tanpa bekerja ialah hidup tanpa kebahagiaan.

-- Kata Bijaksana

  Menu Utama

  Keahlian Portal Komuniti
Terkini: Maisarah99
Hari Ini: 0
Semalam: 0
Jumlah Ahli: 13727

  Sedang Online
Assalamualaikum
Tetamu

Nickname

Password



[ Mendaftar ]

Sedang Online:
Tetamu: 25
Ahli: 0
Jumlah: 25




  Dari Galeri
salam mahabbahfillah..yang gune nick nur_kemuliaan...

  Yang Masuk Ke Sini
kasih_kekasih: 456 hari yang lalu

ILMU Perhiasan Tak Ternilai Bagi Muslimah
 Posted on Khamis, 20 Mei 2004 @ 11:23:40oleh Engku_Salina
Umum Seorang yang mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki pedoman dalam menapaki kehidupannya di dunia. Dan pedoman hidup seorang hamba semua telah diatur dalam syariat Islam. Seorang yang sukses bukanlah orang yang hidup dengan bersemboyan ‘semau gue’ (ikut suka aku) dengan mengikuti hawa nafsunya, tapi orang yang sukses adalah orang yang mengambil Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan pemahaman As Salafus Shalih sebagai pengikat aturan hidupnya. Petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa menuntut ilmu syar’i. Karena itulah, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah yang baligh dan berakal (mukallaf) untuk menuntut ilmu.

Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiallahu
'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
bersabda : “Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.”
(hari. Ahmad dengan sanad hasan. Lihat kitab Jami’ Bayan
Al ‘Ilmi wa Fadllihi karya Ibnu ‘Abdil Bar, tahqiq Abi
Al Asybal Az Zuhri, yang membahas panjang lebar
tentang derajat hadits ini)

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan bahwa ilmu yang
wajib dituntut di sini adalah ilmu yang dapat
menegakkan agama seseorang, seperti dalam perkara
shalatnya, puasanya, dan semisalnya. Dan segala
sesuatu yang wajib diamalkan manusia maka wajib pula
mengilmuinya, seperti pokok-pokok keimanan, syariat
Islam, perkara-perkara haram yang harus dijauhi,
perkara muamalah, dan segala yang dapat menyempurnakan
kewajibannya. Sebagai hamba Allah, seorang Muslimah
wajib mengenal Rabbnya yang meliputi pengetahuan
terhadap nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah
Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana diberitakan dalam Al
Qur’an dan hadits-hadits yang shahih. Selain itu, ia
harus mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
bersendiri dalam mencipta, mengatur, memiliki, dan
memberi rezeki. Ia pun wajib menunaikan hak-hak Allah,
yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sebagaimana tujuan
penciptaannya. Allah berfirman :

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat : 56)

Seseorang tidak akan berada di atas hakikat agamanya
sebelum ia berilmu atau mengenal Allah Ta’ala.
Pengenalan ini tidak akan terjadi kecuali dengan
menuntut ilmu dien (agama). Di samping mengenal Allah,
seorang Muslimah juga wajib mengenal Nabi-nya, yaitu
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, karena beliau
merupakan perantara antara Allah dengan manusia dalam
penyampaian risalah-Nya. Sesuai dengan makna
persaksiannya bahwa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, maka ia wajib
mentaati segala yang beliau perintahkan, membenarkan
segala yang beliau khabarkan, menjauhi apa yang beliau
larang dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan
apa yang beliau syariatkan. Hal ini sesuai dengan
perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala :

“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka
terimalah, dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka
tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (Al Hasyr
: 7)

Ayat ini merupakan kaidah umum yang agung dan jelas
tentang wajibnya seluruh kaum Muslimin mengambil
sunnah yang telah tetap dan hadits-hadits shahih dalam
aqidah, ibadah, muamalah, adab, akhlak, seluruhnya.
Hal ini tidak akan diketahui kecuali dengan menuntut
ilmu terlebih dahulu. Selain mengenal Allah dan
Rasul-Nya, seorang Muslimah juga wajib mengenal agama
Islam sebagai agama yang dianutnya, dengan
memperhatikan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah
yang shahihah, sehingga ia memiliki pendirian kokoh,
tidak mudah terombang-ambing. Dan agar ia berada di
atas cahaya, bukti, dan kejelasan dari agamanya.
Inilah masalah pertama yang disebutkan oleh Asy Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam bukunya
Al Ushuluts Tsalatsah, yaitu berilmu sebelum beramal
dan berdakwah.

Seorang Muslimah juga wajib membekali dirinya dengan
ilmu sebelum memasuki jenjang pernikahan, sehingga ia
dapat menunaikan kewajibannya sesuai dengan tuntunan
syariat. Sebagai isteri, seorang Muslimah dituntut
agar menjadi isteri yang shalihah, sehingga ia dapat
menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru
menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya.

Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu 'anhuma
berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
bersabda : “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (hari.
Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang
sifat-sifat wanita shalihah :
“… maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena itu Allah telah memelihara mereka.” (An Nisa’ :
34)

Maksud ayat ini diterangkan oleh Asy Syaikh Abu Bakar
Jabir Al Jazairi dan Asy Syaikh Salim Al Hilali
rahimahumullah bahwa wanita yang shalihah adalah yang
menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
mentaati-Nya, mentaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam, dan menunaikan hak-hak suaminya dengan
mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta
suami, anak-anak mereka, dan kehormatannya tatkala
suaminya tidak ada. Untuk menjadi wanita shalihah yang
seperti ini, seorang Muslimah membutuhkan ilmu.
Sebagai seorang ibu, ia mempunyai tanggung jawab
mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang
shalih dan shalihah. Di bawah kepemimpinan suami,
isteri adalah penjaga rumah tangga suami dan
anak-anaknya,sebagaimana dalam hadits dari Ibnu ‘Umar
radhiallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bahwasanya beliau bersabda :

“Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita
adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan
anak-anaknya, maka setiap kalian adalah pemimpin, akan
ditanya tentang yang dipimpinnya.” (Muttafaqun
‘Alaihi)

Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya inilah
yang termasuk perkara yang akan ditanyakan oleh Allah
kelak di hari kiamat. Karena itulah Muslimah harus
menuntut ilmu syar’i sebagai bekal mendidik anak-anak
sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi
penyejuk hati karena keshalihan mereka.

Di tempat lain, bila seorang Muslimah belum menikah,
maka sebagai anak ia wajib taat pada orang tuanya
selama tidak memerintahkan kepada maksiat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada kedua orang tuanya… .” (Al Ankabut : 8)

Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash
radhiallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, beliau bersabda : “Dosa-dosa besar ialah
menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua, membunuh
jiwa (tanpa hak), dan sumpah palsu.” (hari. Bukhari)

Untuk dapat berbuat baik dan menunaikan hak-hak orang
tua dengan benar, seorang Muslimah tidak bisa lepas
dari ilmu. Seluruh kewajiban ini harus dapat
ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan
terjadi berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak
hairan, bila para Muslimah yang bodoh terhadap agamanya
melakukan berbagai praktek kesyirikan dan kebid’ahan.
Akibat kebodohannya pula, banyak Muslimah yang durhaka
pada suami atau orang tuanya. Atau terjadi berbagai
kesalahan dalam mendidik anak sehingga muncullah
generasi yang berakhlak buruk, bahkan bisa jadi
durhaka pada orang tua yang telah merawat dan
membesarkannya. Karena kebodohannya pula, banyak
Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia harus
menjaga kehormatannya, sehingga ia menjadi fitnah dan
terjerumus dalam perzinahan dan berbagai kemaksiatan.
Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari
yang demikian itu.

Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma berkata, telah
bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“Aku berdiri di muka pintu Syurga, maka aku dapatkan
mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin,
sedang orang-orang kaya masih tertahan oleh
perhitungan kekayaannya. Dan ahli neraka telah
diperintahkan masuk neraka. Dan ketika aku berdiri di
dekat pintu neraka, maka aku dapatkan mayoritas
penghuninya adalah para wanita.” (hari. Bukhari dan
Muslim)

Hanya dengan menuntut ilmu, seorang Muslimah akan
mengetahui jalan yang selamat. Kaum Muslimah masa kini
akan menjadi baik bila mereka mahu mencontoh para
Muslimah generasi terdahulu (generasi salafuna
shalih), mereka sangat memperhatikan dan bersemangat
dalam menuntut ilmu.

Dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id Al Khudri
radhiallahu 'anhu, ia berkata : “Seorang wanita
mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
dan berkata : ‘Wahai Rasulullah! Kaum lelaki telah
membawa haditsmu, maka jadikanlah bagi kami satu
harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau
mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu.’ Maka beliau bersabda : ‘Berkumpullah pada
hari ini dan ini di tempat ini.’ Maka mereka pun
berkumpul, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang
telah diajarkan Allah kepada beliau.” (hari. Bukhari dan
Muslim)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun sangat
bersemangat mengajar para shahabiyah, sampai-sampai
beliau menyuruh wanita yang haid, baligh, dan merdeka
untuk menyaksikan kumpulan ilmu dan kebaikan. Bahkan
beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memutuskan udzur
wanita yang tidak memiliki hijab, sebagaimana yang
disebutkan dalam Shahihain dari Ummu ‘Athiyah Al
Anshariyah radhiallahu 'anha, ia berkata :

“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyuruh
kami mengeluarkan wanita yang merdeka, yang haid, dan
yang dipingit untuk keluar pada hari Iedul Fithri dan
Adha. Adapun yang haid memisahkan diri dari tempat
shalat, dan mereka pun menyaksikan kebaikan dan dakwah
kaum Muslimin. Aku berkata : ‘Wahai Rasulullah! Salah
seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau
bersabda : ’Hendaklah saudaranya meminjamkan
jilbabnya.’ “

Oleh karena itulah, kita dapatkan dalam sejarah Islam,
di antara mereka ada yang menjadi ahli fiqih, ahli
tafsir, sastrawati, dan ahli dalam seluruh bidang ilmu
dan bahasa. Sebagai contoh, Ummul Mukminin ‘Aisyah
radhiallahu 'anha yang dididik dalam madrasah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sehingga
beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah.

Imam Az Zuhri rahimahullah berkata : ”Seandainya ilmu
‘Aisyah dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu
seluruh wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih afdhal.”
Bahkan ‘Aisyah merupakan guru dari beberapa shahabat,
ia menjadi bahan rujukan mereka dalam masalah hadits,
sunnah, dan fiqih.

Urwah bin Az Zubair berkata : “Aku tidak melihat orang
yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan
syi’ir ketimbang ‘Aisyah.”

Para wanita dari kalangan tabi’in juga berdatangan ke
rumah ‘Aisyah untuk belajar, di antara muridnya adalah
Amrah bintu ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah.

Ibnu Hibban berkata : “Dia adalah orang yang paling
mengetahui hadits-haditsnya ‘Aisyah.”

Di antara deretan nama wanita generasi terdahulu yang
cemerlang dalam ilmu adalah Hafshah bintu Sirin yang
masyhur dengan ibadahnya, kefaqihannya, bacaan Al
Qur’annya, dan hadits-haditsnya. Begitu pula Ummu
Darda Ash Shuqra Hujaimah, ia seorang yang faqih,
’alimah, banyak meriwayatkan hadits, cerdas, masyhur
dengan keilmuan, amalan, dan zuhudnya.

Demikianlah --wahai saudariku Muslimah-- mereka adalah
contoh terbaik bagi kita dan telah terbukti bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya :

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al Mujadilah : 11)

Semoga Allah memudahkan jalan bagi kita untuk menuntut
ilmu dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Amin.
Wallahu A’lam Bis Shawab.


Maraji’ :
1.Al Qur’anul Karim

2.Inayatun Nisa’ bil Hadits An Nabawi. Abu ‘Ubaidah
Masyhur bin Hasan Alu Salman.

3.Nisa’ Haula Ar Rasul. Mahmud Mahdi Al Istambuli dan
Musthafa Abu Nashr Asy Syalbi.

4.Riyadlus Shalihin. Imam Nawawi.

5.Bahjatun Nadhirin. Salim bin ‘Ied Al Hilali.

6.Aisarut Tafasir. Abu Bakar Jabir Al Jazairi.

7.Hasyiyah atas Tsalatsah Al Ushul. Muhammad bin Abdul Wahhab.

Oleh : Ummu Abdillah bintu Mursyid

 

  Umum


Komen


"ILMU Perhiasan Tak Ternilai Bagi Muslimah" | Login/Mendaftar | 0 Komens
Threshold
Komen di sini adalah hakmilik yang menghantar. Pihak Pengurusan Portal tidak ada kena mengena.




-------------------------------------------------------------------------------
Portal Komuniti Muslimah
© Hakcipta 2003 oleh Hanan Alam Faizli / Hanan Network
Made in: Bandar Sunway, Selangor
Tarikh Mula: 17hb April 2003

Dibina oleh: Team Walasri

Ditadbir oleh:





Loading: 0.174363 saat. Lajunya....