Array
Welcome To Portal Komuniti :: Ukhwah.com

  Create An Account Home  ·  Topik  ·  Statistik  ·  Your Account  ·  Hantar Artikel  ·  Top 10 28-03-2024  

  Login
Nickname

Password

>> Mendaftar <<

  Mutiara Kata
JANGAN sesekali memulakan jika tidak bersedia untuk menyudahkan

-- Kang

  Menu Utama

  Keahlian Ukhwah.com
Terkini: navratan
Hari Ini: 0
Semalam: 0
Jumlah Ahli: 43152

  Sedang Online
Sedang Online:
Tetamu: 187
Ahli: 0
Jumlah: 187




  Yang Masuk Ke Sini
muslimin23: 1 hari, 11 jam, 17 minit yang lalu
Rashdin: 26 hari yang lalu

Kepekaan kita tentang politik Islam
 Posted on Ahad, 11 Julai 2004 @ 12:05:00oleh Hanan
Umum muslimin23 menulis Allah SWT. berfirman:

"Alif laam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah1ah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang) dan di hari (kemenangan bangsa Romavi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman."

(Q.S. Ar-Rum: 1-4)

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahawa beliau pernah bersabda:

"Siapa saja yang di pagi-pagi tidak memperhatikan persoalan kaum
muslimin, maka dia bukan termasuk umat Islam.”

Ibnu Majah telah mengeluarkan hadits dari Abi Umamah, berkata:

"Ada seseorang yang datang menghadap kepada Rasulullah saw. pada saat
jumrah ula, dia bertanya: 'Wahai Rasulullah, jihad apakah yang paling
baik?' Beliau mendiamkannya. Ketika beliau saw. melempar jumrah kedua,
dia bertanya kembali kepada beliau, namun beliau pun tetap tidak
menjawabnya. Maka, pada saat melempar jumrah aqabah, dimana beliau (ketika
itu)
sudah memasukkan kaki beliau ke atas pelana (kuda) untuk menaikinya,
beliau saw. bertanya: 'Mana orang yang bertanya tadi?' Dia menjawab:
'Saya Ya Rasulullah.' Beliau kemudian bersabda: 'Adalah kata-kata yang haq
(kali-mat'u haqqin), yang diucapkan di hadapan seorang penguasa yang
zhalim. "

Dalam riwayat Abu Dawud, dart Abi Sa'id --secara marfu'-- dengan
lafadz:

"Sebaik-balk jihad adalah kata-kata yang adil (kalimatul 'adli) --yang
disampaikan-- di hadapan penguasa yang zhalim."

Nas-nas tersebut jelas berkaitan dengan aktivitas politik. Tentang ayat
(1-4 surat Ar-Rum) di atas, Ibnu Abi Hatim telah mengeluarkan hadits
dari Abi Syibah, yang mengatakan: 'Telah sampai kepada kami, bahwa kaum
musyrik telah melakukan perdebatan dengan kaum muslimin. Mereka (ketika
itu) masih di Makkah sebelum Rasulullah saw hijrah. Mereka mengatakan:
'Orang-orang Romawi mengaku, bahwa mereka adalah ahli kitab. (Namun)
mereka telah dikalahkan oleh orang-orang Majusi. Dan kalian mengklaim,
bahwa kalian akan mampu mengalahkan kami dengan kitab yang telah
diturunkan kepada Nabi kalian. Mengapa orang-orang Majusi itu bisa
mengalahkan
Romawi, padahal bangsa Romawi adalah ahli kitab? Jadi, tentu kamilah
yang akan mampu mengalahkan kalian, sebagaimana orang-orang Persia (yang
Majusi) itu telah mengalahkan Romawi. Lalu, Allah menurunkan ayat:
"ALIF LAAM MIIM, GHULIBATIR RUM."

Hal ini membuktikan, bahwa kaum muslimin di Makkah hingga tegaknya
Daulah Islam, telah melakukan perdebatan dengan orang-orang kafir tentang
berbagai informasi negara-negara dan berita hubungan-hubungan
internasional. Bahkan pernah diriwayatkan, bahwa Abu Bakar telah melakukan
pertaruhan dengan orang-orang kafir, dimana orang-orang Romawi akan menang
kembali. Hal itu kemudian disampaikan kepada Rasulullah saw., lalu
beliau saw. menguatkannya dengan meminta agar Abu Bakar memperkirakan
waktunya, sementara Abu Bakar adalah salah seorang yang ikut dalam
pertaruhan
tersebut, maka ini membuktikan bahwa mengetahui kondisi negara-negara
dan hubungan-hubungan di masa itu, adalah persoalan yang sebenarnya
telah dilakukan oleh kaum muslimin, yang kemudian dikukuhkan oleh
Rasulullah saw.

Bila kemudian dikembalikan kepada persoalan tersebut, maka umat yang
akan menyebarluas dakwah Islam ke seluruh dunia tersebut, tidak akan
mampu dengan mudah menyebarluas dakwah ke seluruh dunia kecuali bila umat
tersebut memahami politik pemerintahan negeri-negeri itu, yaitu politik
negara yang sedang berkuasa. Ini ertinya memahami politik dunia secara
umum, dan politik tiap negara yang rakyatnya ingin kita dakwahi,
termasuk bila kita ingin menangkis konspirasi negara lain terhadap kita,
adalah fardhu kifayah bagi kaum muslimin. Kerana mengemban dakwah adalah
fardhu dan menangkis konspirasi musuh adalah fardhu. Dimana, dalam hal
ini seseorang tidak akan pernah berhasil kecuali dengan memahami politik
internasional dan politik negara-negara yang rakyatnya ingin kita
dakwahi atau negara yang ingin kita “counter” pengaruhnya, berkaitan dengan
hubungan-hubungan (sepak-terajang)-nya. Kaidah syara' menegaskan:

'Apabila suatu kewajiban tidak terlaksana dengan sempurna kecuali
dengan suatu perbuatan, maka perbuatan tersebut hukumnya adalah wajib.'

Oleh karena itu, memperhatikan politik internasional adalah wajib bagi
kaum muslimin. Maka, ketika umat Islam mendapat tanggungjavab mengemban
dakwah Islam kepada seluruh manusia, adalah menjadi kewajiban kaum
muslimin agar senantiasa mengikuti perkembangan dunia dengan kesadaran
penuh terhadap terbagai kondisi dunia dengan memahami
permasalahan-permasalahannya, mengenali kecenderungan negara dan rakyatnya,
dengan mengikuti
aktiviti perpolitikan yang terjadi di dunia, memperhatikan
rencana-rencana politik negara-negara, tentang strategi penerapan politik
dan dalam
tata cara hubungan antara sebagaian negara dengan negara lain, serta
tentang tindakan politik yang akan dilakukan oleh suatu negara. Kerana
itu, menjadi kewajipan bagi kaum muslimin agar memahami percaturan
politik dunia Islam dan percaturan politik internasional, agar kaum muslimin
mudah untuk menetapkan cara-cara menegaskan negara mereka di
tengah-tengah posisi internasional yang fana itu. Sehingga mereka dapat
mengemban
dakwah mereka ke seluruh dunia.

Dari sinilah, maka fardlu kifayah hukumnya bagi kaum muslimin untuk
mengetahui posisi internasional secara utuh, terus-menerus, dan rinci
dengan pengamatan sehari-hari Dengan mengikuti dan memperhatikan
perkembangan sikap politik negara-negara yang punya pengaruh signifikan
dalam
percaturan politik internasional secara umum

Dari siniIah, maka memperhatikan politik internasionai adalah fardlu
kifayah bagi kaum muslimin. Bila di negeri kaum muslimin tidak ada orang
yang melakukan aktivitas politik internasional dan tidak ada orang,
yang memahami politik internasional serta politik regional,
maka seluruh kaum muslimin berdosa. Sama seperti kalau kaum muslimin
tidak menegakkan jihad. Sebab melakukan aktivitas politik internasional
memiliki hukum yang sama dengan jihad. Ini berkaitan dengan politik
internasional.

Sedangkan melakukan aktivitas politik nasional, yang bererti
menyibukkan diri dengan urusan-urusan kaum muslimin secara umum,
memperhatikan
kondisi kaum muslimin dari segi peranan pemerintah dan penguasa terhadap
mereka, adalah persoalan yang diwajibkan Allah kepada mereka, maka
haram untuk ditinggalkan.

Rasulullah saw. selalu mendorong agar memperhatikan kepentingan kaum
muslimin, sehingga Rasulullah menyatakan orang yang tidak memperhatikan
kepentingan mereka sebagai bukan sebahagian kaum muslimin. Sungguh amat
besar dorongan Rasulullah untuk mengawal penguasa dalam mengurus urusan
kaum muslimin dan memperhatikan aktiviti penguasa yang mengurusi
kepentingan rakyat, sampai Rasulullah menjadikan kata-kata yang benar
(kalimatu hagqin) di hadapan penguasa yang menyimpang adalah sebagai
sebaik-baiknya jihad. Kata-kata yang benar (kalimatu haqqin) di sini berarti
memperhatikan kepentingan kaum muslimin serta urusan mereka. Karena itu,
dalam Al-Hadist Asy Syarif terdapat pernyataan:

'Barang siapa yang melihat penguasa yang menyeleweng dan menyimpang
dari ketentuan Allah, menghalalkan apa-apa pang diharamkan oleh Allah,
memerintahkan hamba Allah (berbuat) dosa dan kemaksiatan. lalu tidak ada
yang merubahnya, baik dengan ucapan ataupun dengan tindakan, maka pasti
Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam golongan penguasa (yang
menyimpang) itu.'

Maksudnya: adalah orang yang merubah dengan ucapan ataupun tindakan,
dengan kata lain adalah orang yang memperhatikan politik nasional.

Dari sini, jelaslah status kefarduan memperhatikan politik nasional
tersebut. Dan dari sini pula nampak, bahwa berpolitik adalah fardhu bagi
kaum muslimin, baik politik nasional maupun internasional. Sebab,
politik itu pada dasarnya adalah mengurusi permasalahan umat, baik dalaman
maupun ke luaran. Oleh karena itu, kaum muslimin lebih-lebih para atqiya'
bararah (orang-orang yang bertakwa dan ta'at) wajib memperhatikan
politik internasional maupun politik nasional. Sebab, tanpa hal itu, tidak
mungkin mampu menolak konspirasi kaum kuffar, serta tidak akan mungkin
menyebarluaskan dakwah ke seluruh dunia.

 

  Umum


Komen


"Kepekaan kita tentang politik Islam" | Login/Mendaftar | 0 Komens
Threshold
Komen di sini adalah hakmilik yang menghantar. Pihak Pengurusan Portal tidak ada kena mengena.






Datacenter Solution oleh Fivio.com Backbone oleh JARING Bukan Status MSCMyPHPNuke Portal System

Disclaimer: Posting dan komen di dalam Portal Komuniti Ukhwah.com ini adalah menjadi hak milik ahli
yang menghantar. Ia tidak menggambarkan keseluruhan Portal Komuniti Ukhwah.com.
Pihak pengurusan tidak bertanggung jawab atas segala perkara berbangkit
dari sebarang posting, interaksi dan komunikasi dari Portal Komuniti Ukhwah.com.


Disclaimer: Portal Komuniti Ukhwah.com tidak menyebelahi atau mewakili mana-mana parti politik
atau sebarang pertubuhan lain. Posting berkaitan politik dan sebarang pertubuhan di dalam laman web ini adalah menjadi
hak milik individu yang menghantar posting. Ia sama-sekali tidak ada
kena-mengena, pembabitan dan gambaran sebenar pihak pengurusan Portal Komuniti Ukhwah.com

Portal Ukhwah
© Hakcipta 2003 oleh Ukhwah.com
Tarikh Mula: 14 Mei 2003, 12 Rabi'ul Awal 1424H (Maulidur Rasul)
Made in: Pencala Height, Bandar Sunway dan Damansara Height
Dibina oleh Team Walasri




Loading: 0.166276 saat. Lajunya....