|
Segenggam Garam
|
|
|
Posted on Jumaat, 02 April 2004 @ 8:58:34oleh Engku_Salina
|
|
|
nurani menulis Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya...
Ada seorang tua yang bijak.. suatu pagi ia telah didatangi seorang anak muda. Langkahnya longlai…air mukannya hambar resah..dan lesu.. ia seperti ada masalah. Anak muda itu menumpahkan semua masalahnya.
Pak tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Setelah selesai bercerita, tiba-tiba orang tua itu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya (anak muda) itu mengambil segelas air. Ditaburkan garam itu kedalam gelas, diaduknya perlahan…
“Minumlah dan katakan bagaimana rasanya!” kata Pak Tua itu singkat.. “Puih….!” Sang tamu meludah ke samping.” Masin sekali. Tenggorokanku seperti tercekik” kata si pemuda tadi lagi.
Pak Tua tersenyum. Lalu mengajak tamunya ke tepian telaga di dalam hutan tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak Tua itu menaburkan segenggam ke dalam telaga dengan sepotong kayu diaduknya telaga. “ Ambil air dari telaga ini dan minumlah!” Setelah si pemuda selesai meneguk air itu Pak Tua bertanya, “Bagaimana rasanya?” “Segar,” jawab pemuda itu…”Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” jawabnya.. “Tidak”.. Pak Tua tersenyum bijak. Ia tepuk belakang si pemuda itu dengan lembut. Di bimbingnya anak itu duduk bersimpuh di sisi telaga. “Anak muda dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layak segenggam garam. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama dan memang akan tetap akan sama,” tutur Pak Tua.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung pada wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan terasakan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu menatap si pemuda dengan lembut. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga atau sungai yang mengalir yang mampu merendam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagian.” Setelah itu keduanya beranjak pulang. Hari ini mereka sama-sama belajar. Pak Tua bijak itu kembali menyimpan “segenggam garam” untuk membawa anak muda lain yang mungkin datang membawa keresahan jiwa.
|
|
| |
|
|
|
|
|
Tazkirah
|
|
|
|
Komen